TUGAS
ARTIKEL
ARTIKEL YANG BERTEMA “TINGKATKAN MORALITAS GENERASI PENERUS
BANGSA DENGAN KEBERMAKNAAN TIAP PEMBELAJARAN, FORMAL, NON FORMAL, DAN INFORMAL”
diajukan untuk memenuhi salah satu mata
kuliah Penulisan editorial dan opini
Oleh
SUMYATI
NMP
882010112093
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
WIRALODRA
INDRAMAYU
2016
MENINGKATKAN
MORALITAS GENERASI
PENERUS BANGSA DENGAN TIGA LINGKUNGAN PENDIDIKAN FORMAL, NON FORMAL, DAN INFORMAL
Cara meningkatkan moralitas generasi
penerus bangsa dengan melihat
tripusat pendidikan yaitu manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima
pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah,
dan masyarakat dan ketiganya disebut tripusat pendidikan. Lingkungan pendidikan
yang mula-mula tetapi terpenting adalah keluarga. Pada masyarakat yang masih
sederhana dengan struktur sosial yang belum kompleks, cakrawala anak sebagaian
besar masih terbatas pada keluarga. Pada masyarakat tersebut keluarga mempunyai
dua fungsi: Fungsi produksi dan fungsi konsumsi. Kedua fungsi itu mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap anak.
Kehidupan masa depan anak pada masyarakat tradisional
umum tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang tuanya. Pada masyarakat
tersebut, orang tua mengajar pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
hidup; orang tua pula yang melatih dan memberi petunjuk tentang berbagai aspek
kehidupan, sampai anak menjadi dewasa dan berdiri sendiri. Tetapi pada
masyarakat modern di mana industrialisasi semakin berkembang dan memerlukan
spesialisasi, maka pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluarga itu
kini sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial
lainnya.
Pada tingkat yang paling permulaan fungsi ibu sebagai
sudah diambil alih oleh pendidikan prasekolah. Pada tingkat spesialisasi yang
rumit, pendidikan keterampilan sudah tidak berada pada ayah lagi sebab sudah
diambil alih oleh sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Bahkan fungsi
pembentukan watak dan sikap mental pada masyarakat modern berangsur-angsur
diambil alih oleh sekolah dan organisasi sosial lainnya seperti perkumpulan
pemuda dan pramuka, lembaga-lembaga keagamaan, media massa, dan
sebagainya.Peranan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi
pendidikan. Hal ini dikarenakan setiap individu yang terlibat dalam proses
pendidikan saling berinteraksi menjadi satu kesatuan dengan lingkungannya.
Lingkungan pendidikan sendiri dapat dibedakan menjadi 3
macam yaitu:
1.
pendidikan
Formal
2.
pendidikan
Informal
3.
pendidikan
Non Formal
Pendidikan dalam lingkungan keluarga memiliki peranan
penting terhadap perkembangan anak. Orang tua bertanggung jawab terhadap semua
peningkatan dan kemajuan pendidikan anak-anaknya. Begitu juga dengan lingkungan
sekolah, disana para guru bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasi anak
didiknya. Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat juga
sangat berperan penting dalam peningkatan prestasi anak didik yaitu dengan
peran sertanya dalam pendidikan luar sekolah.
Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi oleh
setiap individu, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua. Ada istilah
mengatakan “tidak ada kata terlambat untuk belajar” Betapa penting dan perlunya
pendidikan itu bagi anak-anak. Dan jelaslah pula mengapa anak-anak itu harus
mendapat pendidikan. “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
ke arah kedewasaan”. “Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja
oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani)
agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat”.
Lingkungan adalah kesatuan tempat dan unsur yang
membentuk dan mendukung suatu komunitas baik kecil maupun besar yang menjadi
pendukung hidup dalam kehidupan suatu makhluk hidup. Lingkungan dapat berupa
biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Selain unsur yang nampak ada juga
unsur yang tidak nampak seperti sifat, kelakuan, pola pikir, ideolodi,
keyakinan, dan sebagainya. Selain itu lingkungan dapat diartikan pula sebagai
tempat berkumpulnya satu individu dengna individu lainnya.
1.
Lingkungan
Formal ( Sekolah)
Lingkungan formal adalah lingkungan tempat berkumpulnya
individu satu dengan individu lain di sebuah tempat belajar/sekolah. Di antara
tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang
untuk melaksanakan pendidikan. Seperti telah dikemukakan bahwa karena kemajuan
zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi
generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting
peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses
pembangunan masyarakat itu.
Dari sisi lain, sekolah juga menerima banyak kritik atas
berbagai kelemahan dan kekurangannya, yang mencapai puncaknya dengan gagasan
Ivan Illich untuk membebaskan masyarakat dari wajib sekolah dengan buku yang
terkenal Bebas dari Sekolah. Meskipun gagasan itu belum dapat diwujudkannya,
termasuk di negara Meksiko, namun kritik terhadap sekolah patut mendapat
perhatian.
Oleh karena itu, kajian ini terutama diarahkan kepada
pencarian berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peranan dan
fungsi sekolah untuk tantangan. Asumsi kajian ini adalah sekolah harus
diupayakan sedemikian rupa agar mencerminkan suatu masyarakat Indonesia di masa
depan itu, sehingga peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam
menyiapkan diri untuk melaksanakannya peran itu. Oleh karena itu, sekolah
seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai
individu, warga masyarakat, warga negara dan warga dunia di masa depan.
2.
Lingkungan
Non Formal (Keluarga)
Lingkungan Non Formal adalah lungkungan atau tempat
berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya dalam satu keluarga.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga dapat berbentuk inti maupun
keluarga yang diperluas . Pada umumnya jenis kedualah yang banyak ditemui dalam
masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mula
paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada akhirnya seluruh
anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak.
Di samping faktor iklim sosial itu, faktor-faktor lain
dalam keluarga itu ikut pula mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti
kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebaginya. Dengan
kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi
keluarga.
3.
Lingkungan
Informal (Masyrakat)
Lingkungan Informal adalah lingkungan atau tempat
berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya dalam satu lingkungan, baik
dalam lingkungan desa satu ataupun dengan desa lainnya. Kaitan antara
masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:
a.
masyarakat
sebagai penyelenggara pendidikan, baik dilembagakan maupun yang tidak
dilembagakan.
b.
Lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun
tidak langsung, ikut mempunyai peranan dan fungsi edukatif.
c.
Dalam
masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang
dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup
sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya
itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik
dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di
masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
Masalah-Masalah
Yang Mempengaruhi dalam Lingkungan Pendidikan
a.
Masalah
pendidikan Formal
Pendidikan formal umumnya didirikan oleh pemerintah atau
lembaga tertentu yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Contohnya Taman
Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama dan seterusnya. Pendidikan formal ini selain didirikan oleh pihak
pemerintah juga didirikan pula oleh Pihak Swasta. Keberadaan pihak swasta
menjadikan pendidikan formal semakin mudah untuk didapat.Dari keberadaan
pendidikan formal, masalah yang sering muncul adalah kurangnya tenaga pendidik
yang profesional. Banyak para guru dalam mengajar tidak menggunakan metode
pengajaran yang baik dan kurangnya jiwa pendidik, mereka hanya bisa mengajar
tapi tidak bisa mendidik.
b.
Masalah
Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal berada dalam lingkungan keluarga.
Baik buruknya pendidikan keluarga ditentukan oleh kepala keluarga masing-masing
dalam memanajemen keluarganya. Masalah yang sering muncul dalam lingkungan
pendidikan non formal adalah kurangnya perhatian keluarga kepada anak, minimnya
keadaan keuangan keluarga sehingga banyak anak-anak mereka yang tidak mampu
mengenyam pendidikan tinggi.
c.
Masalah
Lingkungan Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat, selain yang bentuknya formal ada juga yang
tidak formal. Masalah yang sring terjadi dalam pendidikan informal adalah
kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemahaman pendidikan, sehingga pergaulan
dalam masyarakat menjadi rudak dan individu tersebut tidak bisa mengartikan
betapa pentingnya pendidikan bagi dirinya sendiri kelak maupun bagi masyarakat
sekitar.
Pengaruh
Lingkungan Formal, Informal dan Non Formal terhadap Lingkungan Pendidikan
a.
Pengaruh
Lingkungan Formal
Lingkungan sekolah, sangat berperan pada individu
tersebut dimana ia bisa belajar dari mulai usai 4 tahun hingga 23 tahun atau
dari mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Dari guru atau sekolah individu dapat
menerima berbagai pelajaran yang nantinya dapat digunakan untuk bergaul dalam
lingkungan masyarakat. Pelajaran di sekolah baik yang pelajaran teori maupun
praktek akan sangat bermanfaat bagi perkembangan individu di dalam lingkungan
non formal dan informal.
Dalam lingkungan pendidikan formal ini seorang individu
akan diajarkan banyak sekali pengetahuan yang belum pernah ia miliki, dari
pengetahuan pribadi, sosial, keagamaan sampai ke pengetahuan yang berasal dari
luar kebudayaannya. Di sini seorang individu akan mendapat pengakuan dan
legalitas dengan didapatkannya surat tanda tamat belajar setelah ia berhasil
melewati proses pembelajaran dengan kurun waktu tertentu.
Dengan pendidikan yang di dapatkan dari sekolah , seorang
anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting
dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang
akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan
untuk berhasil secara akademis.
Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional
Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan
berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak
terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor
resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan
ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa
percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan
berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata
80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan
oleh kecerdasan otak (IQ).
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan
emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol
emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia
pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa.
Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi
akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti
kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan,
walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang
anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut
akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih
mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Selain itu. Daniel
Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik
karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan
aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan
pendidikan karakter di sekolah.
Namun masalah, kebijakan pendidikan di Indonesia juga
lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja
pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang
mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk
diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak
sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah.
Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh” karena
kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan adanya
sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10 besar”,
sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh
negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru
sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang
akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress
berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja
berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita
yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah.
b.
Pengaruh
Lingkung Non formal
Para ahli, baik Piaget maupun Kohlberg (Papalia, et.al,
1998; Parke dan Hetherington, 1994; Santrock, 1999; Singgih, 1991; Rice, 1993)
nampaknya sependapat bahwa orang tua mempunya peran besar bagi pembentukan dan
perkembangan moral seorang anak. Tanggunga jawab orang tua untuk menanamkan
nilai-nilai moral, etika, budi pekerti bahkan nilai religiusitas sejak dini
kepada anak-anaknya akan membekas di dalam hati sanubarinya. John Locke
mengibaratkan bahwa hati dan otak pada diri seorang anak masih berupa lembaran
kertas kosong putih bersih (tabula rasa). Lembaran itu masih bersifat murni,
sehingga apapun yang terisi di atas lembaran itu sangat tergantung dari orang
tua bagaimana ia menulis, mencoret, menggambar atau mewarnainya. Sementara itu,
mendidik dan membimbing anak pun merupakan sebuah seni tersendiri. Tergantung
bagaimana tipe pola asuh yang dipergunakan oleh orang tua dalam membimbing
anak-anaknya, apakah ia menggunakan pola asuh otoriter, permisif, demokratis,
atau situasional.
Demikian pula, pendidikan yang telah diterima sejak masa
anak-anak akan mempengaruhi pola piker dan perilaku dalam diri remaja. Karena
itu, tidak bias diabaikan peran dan tanggung jawab orang tua, yang kemudian
mendapat pengaruh dari lingkungan pendidikan (sekolah), media masa, maupun
situasi social politik Negara. Seorang psikolog yang mendirikan aliran
ekologis. Urie Brofenbrenner mengungkap bahwa microsystem, mesosystem,
exosystem, macrosystem, dan cronosystem, memang mempengaruhi pola piker, dan
perilau individu, termasuk moralitasnya (Papalia, Olds dan Feldman, 1998;2001).
Hal ini memang tergantung individu sejauh mana ia menyikapi semua system
tersebut. Makin terampil dalam menyerap nilai-nilai positif dan menjauhi
nilai-nilai negative, maka makin baik pula ia dalam menerapkan nilai-nilai
moral itu dalam kehidupan bermasyarakat.
Di dalam keluarga individu dididik untuk menjadi seorang
anak yang baik, yang tahu sopan santun dan etika serta mempunyai moral sifat
yang terpuji. Selain dari keluarga pendidikan etika dan moral ini diperoleh
juga dari pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal di masyarakat.
Dari mulai lahir seorang anak akan didik dalam lingkungan
keluarga (non formal) dari yang tidak mengerti menjadi mengerti dan seterusnya
hingga mereka dapat mengerti benar tentang bagaimana cara hidup yang baik,
berprilaku dan bersopan santun. Selanjutnya seorang individu akan memasuki
pendidikan Formal setelah mengalami penggembelengan dalam lingkungan pendidikan
keluarga.
c.
Pengaruh
Lingkungan Informal
Lingkungan pendidikan yang ketiga yang tidak kalah
penting dan menjadi penentu berhasil tidaknya pendidikan pada lingkungan pendidikan
non formal dan formal adalah pendidikan informal (pendidikan masyarakat). Di
sini mereka akan bergaul langsung dengan masyarakat yang mempunyai beraneka
ragam sifat dan kepribadian. Mereka dituntut untuk bisa mengaplikasikan hasil
dari pendidikan keluarga dan sekolah. Di dalam lingkungan pendidikan informal
seorang individu akan diberikan pembelajaran mengenai bagaimana menentukan
sikap, bermusyawarah dan sebagainya.
Pendidikan innformal adalah pendidikan yang dilakukan
secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti
peraturan-peraturan yang tetap¸ seperti pada pendidikan formal di sekolah.
Karena pendidikan informal pada umumnya dilaksanakkan tidak dalam lingkungan
fasik sekolah, maka pendidikan informal diidentik dengan pendidikan luar
sekolah. Oleh karena itu pendidikan informal dilakukan diluar sekolah, maka
sasasran pokok adalah angota masyarakat.
Sebab itu program pendidikan informal harus dibuat
sedermikian rupa agar bersifat luess tetapi lugas, mnamun tetap menarik minap
para konsumen pendidikan. Berdasakan penelitian dilapangan, pendidikan informal
sangat dibutuhakan oleh angota masyarat yang belum sempat mendapat kesempatan
untuk mengikuti pendidikan formal karena sudah perlanjur lewat umur atau
terpaksa putus sekolah, karena suatu hal. Akhirnyan tujuan terpenting dari
pendidikan informal adalah program-program yang didasarkan kepada masyarakat
harus sejalan dan trintegrasi dengan program-program pembagunan yang di
butuhkan oleh rakyat.
Ketiga lingkungan pendidikan baik Formal, Non Formal dan
Informal sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan dan keberhasilan
pendidikan seorang individu. Dari uraian di atas jelas pembelajaran yang
didapatkan dari seorang individu tidak hanya berasal dari satu lingkungan pendidikan
saja, melainkan dari ketiga lingkungan pendidikan sehingga antara yang satu
dengan yang lain saling menyempurnakan dan akhirnya akan menghasilkan didikan
yang ideal atau dalam istilah lain akan dihasilkan seorang insan kamil (manusia
yang sempurna yang berguna bagi bangsa dan agama).
Indramayu, 30 Mei 2016. Posted by Sumyati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar