Selasa, 17 Mei 2016

PENDIDIKAN TAK SEJAJAR DENGAN MORAL by Sumyati

TUGAS ARTIKEL
ARTIKEL TENTANG “PENDIDIKAN TAK SEJAJAR DENGAN MORAL”
diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Penulisan editorial dan opini



Oleh
SUMYATI
NPM 882010112093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2016



PENDIDIKAN TAK SEJAJAR DENGAN MORAL


Pendidikan Agama telah diwajibkan di sekolah, lantas mengapa kemerosotan moral, atau setidaknya tingkah laku siswa yang "amoral" masih saja terjadi? Apakah pendidikan agama harus dihapuskan? Nampaknya mempertahankan pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah akan jauh lebih baik daripada menghapuskannya. Pendidikan agama akan dapat ikut menanggulangi serta memberi prevensi terhadap masalah moralitas bangsa.
Pendidikan moral adalah pendidikan keteladanan. Tanpa keteladanan dan panutan, moral akan semakin pudar. Akhir-akhir ini kalangan birokrat, pendidik, orangtua, dan generasi muda Indonesia resah, khawatir, dan kecewa karena adanya krisis keteladanan. Peristiwa yang terjadi berapa waktu terakhir menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mengalami krisis. Mulai dari krisis ekonomi, identitas, sampai dengan krisis moral. Identifikasi penggunaan kekerasan dalam upaya mendirikan Negara Islam di Indonesia, misalnya, menjadikan masalah yang bersifat sangat segera untuk diatasi. Bermula dari penanaman ideologi dan kepercayaan pada satu bidang kepercayaan tertentu dari agama Islam, di halalkanlah berbagai cara untuk mewujudkan tujuan, pencabulan anak dibawah umur bahkan pelakunya seorang pendidik, tindakan bully terhadap teman, dan terutama sekarang yang lagi marak itu kejahatan seksual pada anak dibawah umur yang bernotabennya para pelajar baik SD, SMP, dan SMA.
Dimanakah akar kekerasan dan kejahatan kolektif semacam itu? Apakah sebagian masyarakat kita tengah mengalami krisis identitas diri yang bermuara pada krisis moral dan spiritual? Bangsa Indonesia mulai tercabut dari akar kepribadian, bangsa Indonesia tidak lagi berkarakter. Berbedakah dengan jaman dahulu, apakah jaman dahulu lebih baik dari saat ini? 
Pertanyaan-pertanyan tersebut muncul karena tindakan masyarakat saat ini tidak rasional, dan ambang batas toleransi masyarakat dalam menghadapi persoalan sangat tipis sekali. Hal-hal kecil dan sepele tidak jarang menyulut kekerasan kolektif ratusan bahkan ribuan massa, dan tidak jarang menimbulkan korban yang tidak sedikit. Pada sisi lain semakin transparannya KKN dalam kehidupan pemerintahan mengindikasikan bahwa selain masyarakat, ternyata pemerintah yang menjadi panutan warga Negara dalam berperilaku juga telah kehilangan legitimasi akhlak. 
Sampai dengan saat ini, paling tidak sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia masih menyisakan persoalan-persoalan yang terkait dengan pemerataan kesempatan, mutu, relevansi, dan efisiensi. Begitu pun aspek Iain yang juga masih terkait dengan pendidikan, seperti kemerosotan akhlak dan moral masyarakat Indonesia. Beberapa indikatornya adalah masih banyaknya tawuran di berbagai tempat, pengedaran dan konsumsi narkoba, penyebaran HIV/AIDS, human traficking, pencabulan yang dilakukan oleh pendidik, tindakan bully terhadap teman, dan terutama sekarang yang lagi marak itu kejahatan seksual pada anak dibawah umur yang bernotabennya para pelajar baik SD, SMP, dan SMA.
Beberapa kasus di Indonesia membuktikan bahwa pendidikan tak sejajar dengan moral antara lain.
1.     Kasus tindakan bully yang dilakukan siswa tingkat SD di Sumatera barat, yaitu tindakan Siswa SD yang menampar, memukul, dan menerjang teman sekelasnya. Dilihat dari kasus itu jelas bahwa pendidikan itu tidak sejajr dengan moral.
2.     Kasus kejahatan seksual yang mengakibatkan korban meninggal, yaitu kasus Yuyun Pelajar SMP yang meninggal setelah 14 pemuda yang memperkosanya beramai-ramai dan kemudian membunuhnya dan pelakunya adalah pelajar. Kejadian itu terjadi di Padang Ulak Tanding, kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.
3.     Kasus puluhan pelajar di Kabupaten Kendal yang melakukan pesta seks usai mengikuti ujian nasional (unas).
4.     Jawa Timur dihebohkan dengan kasus siswi pelajar SMA yang melelang keperawanannya. Gadis 17 tahun, sebut saja Mawar, itu menjual kegadisannya melalui seorang rekan seharga Rp 500.000.
5.     Tawuran antar pelajar kembali terjadi di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat antara SMA Wiyata Karisma dengan SMK Mensin di Kecamatan Kemang hingga menewaskan satu orang.
6.     Setelah diselidiki oleh polisi  indramayu konsumen Miras Oplosan di Indramayu Remaja 14-18 Tahun. Masyarakat yang mengonsumsi tuak di Indramayu ternyata didominasi oleh remaja. Sekitar 85 persen pembeli tuak di sejumlah lokasi perdagang miras adalah remaja dengan usia 14 hingga 18 tahun. Remaja tersebut masih berstatus pelajar atau juga putus sekolah. Salah satu penjual miras di Indramayu, NA (30) selama ini banyak remaja yang menjadi konsumennya. Tidak sekadar meminum tuak, mereka juga kerap mengoplos tuak dengan berbagai zat. Sebut saja minuman suplemen atau bahkan lotion obat nyamuk. Hal ini yang akhirnya membuat banyak pemuda yang tewas karena miras oplosan.

7.     Pesta miras di kuburan Blok Gabugan Wetan,  Desa Tegalwangi, Kec Weru, Kab Cirebon, Senin (7/3) lalu, sudah menewaskan  3 orang.  Ketiganya  Nendy (17), yang meninggal Selasa pagi (8/3),  Sanipan alias Ipan (19) dan Supriyanto (19) yang meninggal Rabu (9/3). Ketiganya warga Desa Tegalwangi. Ketiganya meninggal di RSUD Arjawinangun setelah mengalami muntah-muntah dan kejang usai menenggak ciu yang dicampur dengan minuman jeruk. Mereka memulai pesta miras sejak pukul 17.00. Ada 14 orang yang rata-rata masih ABG mengikuti pesta miras pada malam itu.Dari peserta pesta miras itu ada 2 perempuan yang masih berstatus pelajar SMP, yakni Diana (15) pelajar kelas 2 SMP dan Fina yang berusia 17 tahun. 
Dari penjelasan dan kasus diatas jelas bahwa pendidikan tidak sejajar dengan moral, lantas dalam hal ini siapa yang disalahkan? Apakah seorang guru yang kurang mendidik siswanya? Apakah orang tua kurang mendidik anaknya pada saat lepas dari sekolah? Apakah siswanya yang harus disalahkan?


Indramayu, 17 Mei 2016. Posted by Sumyati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar